Portsmouth FC dibentuk pada 5 April 1898 oleh John Brickwood, seorang pengusaha bir lokal dan Frank Brettel. Brickwood kemudian menjadi chairman dan Brettel menjadi manager pertama Portsmouth. Klub ini lalu bergabung dengan Southern League pada tahun 1899. Pertandingan pertama mereka adalah melawan Chatham Town pada 2 September 1899 yang dimenangkan Portsmouth dengan 1-0. Tiga hari kemudian mereka bertanding untuk pertama kalinya di Fratton Park, stadion mereka sampai sekarang, melawan musuh bebuyutannya Southampton. Musim pertama berjalan sukses luar biasa dimana klub memenangkan 20 dari 28 laga pertandingan, Portsmouth berada di posisi runner up divisi terbawah liga Inggris tersebut.
Portsmouth baru menapakkan kakinya di divisi 2 tatkala mereka menjuarai divisi 3 di musim 1923-1924. Klub ini kemudian melanjutkan kesuksesannya dengan tampil mengesankan di divisi 2. Musim 1926-1927, mereka mencapai posisi runner up divisi 2 dan berhak atas promosi ke divisi satu. Perjalanan menuju runner up divisi 2 itu termasuk rekor kemenangan 9-1 atas Notts County.
Debut Portsmouth di divisi satu sangat berat, tapi mereka dengan tertatih mereka masih bisa bertahan. Musim 1928-1928, Portsmouth masih menjadi bulan-bulanan klub mapan, kekalahan terbesar mereka sampai sekarang terjadi pada musim itu tatkala mereka digunduli oleh Leicester dengan skor 0-10. Walaupun begitu, Portsmouth mulai menampakkan kemajuan penting selain bertahan di liga untuk musim keduanya, yaitu dengan maju ke final Piala FA untuk pertama kalinya biarpun akhirnya mereka kalah oleh Bolton. Setelah itu mereka masuk ke final Piala FA lagi untuk kedua kalinya pada musim 1933-1934. Musim 1938-1939, Portsmouth saat itu sudah mencapai kemajuan yang cukup besar yang akhirnya berbuah kala mereka maju ke final Piala FA untuk ketiga kalinya dan kali ini mereka sukses menekuk tim favorit juara, Wolves, dengan skor meyakinkan 4-1.
Perang Dunia II lagi membuat semua kegiatan kehidupan terganggu, termasuk juga sepakbola. Pompey sebagai pemenang terakhir harus menyimpan baik-baik Piala FA selama perang sampai Piala FA mulai dipertandingkan kembali pada musim 1945-1946.
Pasca Perang Dunia II
Kompetisi liga Inggris dimulai kembali musim 1946-1947. Musim 1948-1949, Porstsmouth telah menjadi klub unggulan, mereka bahkan difavoritkan untuk menjadi tim pertama di abad 20 yang bisa mengawinkan gelar juara liga dan Piala FA dalam semusim.
Pada kenyataannya, Pompey gagal di semifinal Piala FA namun tidak demikian untuk liga. Di liga, mereka tak terbendung untuk menjuarainya dengan mulus. Di musim itu juga tercatat rekor penonton di kandang sebanyak 51.385 orang yang masih bertahan sampai sekarang.
Tahun berikutnya mereka mempertahankan gelar juara liga dan menjadi tim kelima di Inggris yang bisa mempertahankan gelar juara liga pasca Perang Dunia II. Pompey mulai mundur perlahan walaupun pada musim 1954-1955 mereka masih sanggup untuk duduk di posisi ke-3, dan puncaknya adalah kala mereka terdegradasi ke divisi 2 pada tahun 1959.
Periode 1960-2001
Pompey antara tahun 1960 sampai hampir 3 dekade ke depan benar-benar terperosok ke jurang divisi bawah. Kesulitan finansial yang nyaris menyebabkan bangkrut juga mereka alami di tahun 1976, ujung-ujungnya pemain bintang dijual. Klub kemudian harus diperkuat pemain-pemain muda tak berpengalaman dan ditangani manager debutan. Konsekuensinya, mereka terdegradasi sampai ke divisi 4 dua tahun berikutnya.
Pompey baru berhasil mencapai divisi satu lagi pada tahun 1987, kala mereka ditangani oleh Alan Ball. Sayangnya kala musim 1987-1988 telah separuh jalan, Portsmouth kembali dilanda kesulitan dana yang membuat mereka langsung terdegradasi lagi ke divisi 2. Musim panas 1988, chairman Pompey John Deacon menjual klubnya kepada pengusaha London yang juga mantan chairman QPR, Jim Gregory.
Milan MandaricPada musim panas 1996, Terry Venables datang ke Portsmouth sebagai konsultan, dan tidak beberapa lama kemudian Venables jua yang membeli Portsmouth hanya dengan harga £1. Kala itu mereka masih berada di divisi 2 dan kas klub memang berada di posisi mengkhawatirkan. Akhirnya, pada Mei 1999, Milan Mandaric (inset) datang untuk menyelamatkan klub. Mandaric pun mulai menginvestasikan uangnya demi kemajuan klub.
Harry Redknapp, mantan manager West Ham yang sukses besar membina pemain-pemain muda menjadi bintang (Rio Ferdinand, Frank Lampard, Joe Cole, Michael Carrick dll.), dikontak Mandaric untuk menjadi direktur sepakbola Portsmouth pada tahun 2001.
Tetapi setelah Portsmouth tampil mengecewakan dibawah manager Graham Rix, Redknapp kemudian ditunjuk untuk menggantikannya.
Redknapp kemudian resmi menangani Portsmouth pada 2002 dengan Jim Smith (mantan manager Portsmouth sebelumnya) sebagai asistennya. Portsmouth pun akhirnya promosi ke Premier League pada musim pertama Redknapp menjadi manager. Harry Redknapp I
Di Premiership, Portsmouth tampil cukup baik dan bisa bertahan di divisi dengan iklim persaingan sangat ketat. Pompey menduduki peringkat ke 13 Premiership. Namun saat itu muncul perselisihan paham antara Redknapp dengan pemilik klub, Milan Mandaric. Mandaric kurang menyukai penunjukan Jim Smith oleh Redknapp sebagai asisten manager, Redknapp pun kemudian tidak menyukai keputusan Mandaric untuk mendatangkan Velimir Zajec sebagai Direktur Sepakbola Portsmouth. Puncaknya adalah Redknapp mengundurkan diri pada November 2004, Southampton yang sedang mencari manager kemudian langsung memanfaatkan situasi dengan mengontak Redknapp untuk menjadi manager mereka. Redknapp pun menerima pinangan klub yang notabene merupakan musuh bebuyutan dari Pompey. Ia resmi menjadi manager Southampton hanya selang beberapa minggu ia mundur dari Portsmouth.
Sepeninggal Redknapp, Mandaric lantas menunjuk Direktur Sepakbola mereka, Valimir Zajec, untuk menjadi caretaker posisi manager yang lowong. Lima bulan kemudian Mandaric mendatangkan Alain Perrin, mantan manager Marseille, untuk menjadi manager dan Zajec dikembalikan ke posisinya semula sebagai Direktur Sepakbola. Musim 2004-2005, Portsmouth yang ditangani Perrin hanya di saat-saat terakhir liga, bertahan di Premiership setelah duduk di posisi 16. Memasuki musim 2005-2006, pada bulan Oktober 2005 justru Zajec yang menyatakan mundur dari posisi Direktur Sepakbola Portsmouth. Sebulan kemudian tepatnya 24 November 2005, giliran Perrin yang dipecat karena Portsmouth tampil begitu mengecewakan, hanya mampu menang 4 kali dari 20 laga.
Harry Redknapp II & Kedatangan Gaydamak
Posisi Portsmouth saat pemecatan Perrin sudah cukup mengkhawatirkan, hanya sedikit diatas zona degradasi. Di lain pihak, hubungan Harry Redknapp dengan chairman Southampton, Rupert Lowe, saat itu pun sedang tidak harmonis menyangkut masalah penunjukan Sir Clive Woodward sebagai staff pelatih di luar persetujuan Redknapp. Seperti yang diperkirakan media Inggris, pada 7 Desember 2005, Redknapp akhirnya benar-benar menyeberang kembali ke klub rival yang juga bekas klub asuhannya sebelum pindah ke Southampton. Unik memang perjalanan karier Redknapp sebagai manager. Saat itu bintang keberuntungan Portsmouth memang sedang bersinar terang, karena selain kembalinya Redknapp mereka pun pada Januari 2006 resmi dibeli oleh pengusaha kaya Rusia berdarah Yahudi, Alexandre Gaydamak (inset). Kedatangan Gaydamak seakan memberikan harapan baru akan prestasi di masa mendatang. Portsmouth pun mulai melaju dengan kencang untuk bangkit dari papan bawah dan duduk di posisi ke 9 di akhir musim. Posisi tertinggi yang pernah diraih Portsmouth sejak tahun 1950.
Bulan Oktober 2007, Redknapp menandatangani kontrak baru yang baru berakhir tahun 2011. Bulan Januari 2008, Redknapp sempat diisukan kencang akan menduduki kursi manager Newcastle United yang lowong sejak ditinggalkan Sam Allardyce, namun Redknapp membantah dengan tegas dan tetap berkomitmen penuh pada Portsmouth. Musim 2007-2008 ditutup Portsmouth dengan posisi 8, peningkatan di banding tahun sebelumnya. Dan di Piala FA, Portsmouth membuktikan potensi hebatnya dengan menjuarainya setelah mengalahkan tim kejutan,Cardiff City, 1-0 di final. Dengan demikian Portsmouth berhak mengikuti Piala UEFA tahun depan, keikut sertaan mereka yang pertama kali di ajang kompetisi Eropa.
Keuangan & Prestasi memburuk pada 25 Oktober 2008, Harry Redknapp kembali meninggalkan Portsmouth untuk yang kedua kalinya untuk bergabung dengan tim London Tottenham Hotspur. Keuangan klub yang melemah menjadi salah satu sebab Redknapp hengkang. Asisten Redknapp, Tony Adams, diangkat menjadi manager baru Pompey. Portsmouth nyaris terdegradasi di musim 2008-2009 tersebut namun selamat pada saat kompetisi menjelang berakhir. Mereka akhirnya masih dapat meraih posisi 14 pada akhir liga. Dan krisis keuangan mereka juga semakin mendalam.
Pada 26 Mei 2009, Pompey resmi dibeli oleh pengusaha asal Uni Emirat Arab, Sulaiman Al-Fahim. Namun kesulitan keuangan mereka ternyata sama sekali tidak tertutupi dengan investor baru tersebut dan mulailah eksodus pemain-pemain andalan mereka. Striker Peter Crouch, bek Sylvain Distin, gelandang Niko Kranjcar dan bek kanan berbakat Glen Johnson kesemuanya dijual untuk menutupi hutang klub.
Pada awal musim 2009-2010 Portsmouth kembali berpindah tangan. Pengusaha Arab Saudi dengan bendera perusahaan Falcondrone Limited, Ali Al-Faraj, resmi menjadi pemilik baru Pompey. Dua hari setelah itu Avram Grant, mantan direktur sepakbola Portsmouth, kembali diangkat untuk menduduki jabatan lamanya.
November 2009, manager Paul Hart dipecat setelah penampilan buruk Pompey di liga. Avram Grant kemudian ditunjuk untuk menjadi manager baru Portsmouth. Namun kesulitan keuangan tetap membayangi klub dan mereka pun terpaksa kembali menjual bek tangguh Younes Kaboul ke Tottenham. Situs Resmi Portsmouth Fc
Perang Dunia II lagi membuat semua kegiatan kehidupan terganggu, termasuk juga sepakbola. Pompey sebagai pemenang terakhir harus menyimpan baik-baik Piala FA selama perang sampai Piala FA mulai dipertandingkan kembali pada musim 1945-1946.
Pasca Perang Dunia II
Kompetisi liga Inggris dimulai kembali musim 1946-1947. Musim 1948-1949, Porstsmouth telah menjadi klub unggulan, mereka bahkan difavoritkan untuk menjadi tim pertama di abad 20 yang bisa mengawinkan gelar juara liga dan Piala FA dalam semusim.
Pada kenyataannya, Pompey gagal di semifinal Piala FA namun tidak demikian untuk liga. Di liga, mereka tak terbendung untuk menjuarainya dengan mulus. Di musim itu juga tercatat rekor penonton di kandang sebanyak 51.385 orang yang masih bertahan sampai sekarang.
Tahun berikutnya mereka mempertahankan gelar juara liga dan menjadi tim kelima di Inggris yang bisa mempertahankan gelar juara liga pasca Perang Dunia II. Pompey mulai mundur perlahan walaupun pada musim 1954-1955 mereka masih sanggup untuk duduk di posisi ke-3, dan puncaknya adalah kala mereka terdegradasi ke divisi 2 pada tahun 1959.
Periode 1960-2001
Pompey antara tahun 1960 sampai hampir 3 dekade ke depan benar-benar terperosok ke jurang divisi bawah. Kesulitan finansial yang nyaris menyebabkan bangkrut juga mereka alami di tahun 1976, ujung-ujungnya pemain bintang dijual. Klub kemudian harus diperkuat pemain-pemain muda tak berpengalaman dan ditangani manager debutan. Konsekuensinya, mereka terdegradasi sampai ke divisi 4 dua tahun berikutnya.
Pompey baru berhasil mencapai divisi satu lagi pada tahun 1987, kala mereka ditangani oleh Alan Ball. Sayangnya kala musim 1987-1988 telah separuh jalan, Portsmouth kembali dilanda kesulitan dana yang membuat mereka langsung terdegradasi lagi ke divisi 2. Musim panas 1988, chairman Pompey John Deacon menjual klubnya kepada pengusaha London yang juga mantan chairman QPR, Jim Gregory.
Milan MandaricPada musim panas 1996, Terry Venables datang ke Portsmouth sebagai konsultan, dan tidak beberapa lama kemudian Venables jua yang membeli Portsmouth hanya dengan harga £1. Kala itu mereka masih berada di divisi 2 dan kas klub memang berada di posisi mengkhawatirkan. Akhirnya, pada Mei 1999, Milan Mandaric (inset) datang untuk menyelamatkan klub. Mandaric pun mulai menginvestasikan uangnya demi kemajuan klub.
Harry Redknapp, mantan manager West Ham yang sukses besar membina pemain-pemain muda menjadi bintang (Rio Ferdinand, Frank Lampard, Joe Cole, Michael Carrick dll.), dikontak Mandaric untuk menjadi direktur sepakbola Portsmouth pada tahun 2001.
Tetapi setelah Portsmouth tampil mengecewakan dibawah manager Graham Rix, Redknapp kemudian ditunjuk untuk menggantikannya.
Redknapp kemudian resmi menangani Portsmouth pada 2002 dengan Jim Smith (mantan manager Portsmouth sebelumnya) sebagai asistennya. Portsmouth pun akhirnya promosi ke Premier League pada musim pertama Redknapp menjadi manager. Harry Redknapp I
Di Premiership, Portsmouth tampil cukup baik dan bisa bertahan di divisi dengan iklim persaingan sangat ketat. Pompey menduduki peringkat ke 13 Premiership. Namun saat itu muncul perselisihan paham antara Redknapp dengan pemilik klub, Milan Mandaric. Mandaric kurang menyukai penunjukan Jim Smith oleh Redknapp sebagai asisten manager, Redknapp pun kemudian tidak menyukai keputusan Mandaric untuk mendatangkan Velimir Zajec sebagai Direktur Sepakbola Portsmouth. Puncaknya adalah Redknapp mengundurkan diri pada November 2004, Southampton yang sedang mencari manager kemudian langsung memanfaatkan situasi dengan mengontak Redknapp untuk menjadi manager mereka. Redknapp pun menerima pinangan klub yang notabene merupakan musuh bebuyutan dari Pompey. Ia resmi menjadi manager Southampton hanya selang beberapa minggu ia mundur dari Portsmouth.
Sepeninggal Redknapp, Mandaric lantas menunjuk Direktur Sepakbola mereka, Valimir Zajec, untuk menjadi caretaker posisi manager yang lowong. Lima bulan kemudian Mandaric mendatangkan Alain Perrin, mantan manager Marseille, untuk menjadi manager dan Zajec dikembalikan ke posisinya semula sebagai Direktur Sepakbola. Musim 2004-2005, Portsmouth yang ditangani Perrin hanya di saat-saat terakhir liga, bertahan di Premiership setelah duduk di posisi 16. Memasuki musim 2005-2006, pada bulan Oktober 2005 justru Zajec yang menyatakan mundur dari posisi Direktur Sepakbola Portsmouth. Sebulan kemudian tepatnya 24 November 2005, giliran Perrin yang dipecat karena Portsmouth tampil begitu mengecewakan, hanya mampu menang 4 kali dari 20 laga.
Harry Redknapp II & Kedatangan Gaydamak
Posisi Portsmouth saat pemecatan Perrin sudah cukup mengkhawatirkan, hanya sedikit diatas zona degradasi. Di lain pihak, hubungan Harry Redknapp dengan chairman Southampton, Rupert Lowe, saat itu pun sedang tidak harmonis menyangkut masalah penunjukan Sir Clive Woodward sebagai staff pelatih di luar persetujuan Redknapp. Seperti yang diperkirakan media Inggris, pada 7 Desember 2005, Redknapp akhirnya benar-benar menyeberang kembali ke klub rival yang juga bekas klub asuhannya sebelum pindah ke Southampton. Unik memang perjalanan karier Redknapp sebagai manager. Saat itu bintang keberuntungan Portsmouth memang sedang bersinar terang, karena selain kembalinya Redknapp mereka pun pada Januari 2006 resmi dibeli oleh pengusaha kaya Rusia berdarah Yahudi, Alexandre Gaydamak (inset). Kedatangan Gaydamak seakan memberikan harapan baru akan prestasi di masa mendatang. Portsmouth pun mulai melaju dengan kencang untuk bangkit dari papan bawah dan duduk di posisi ke 9 di akhir musim. Posisi tertinggi yang pernah diraih Portsmouth sejak tahun 1950.
Bulan Oktober 2007, Redknapp menandatangani kontrak baru yang baru berakhir tahun 2011. Bulan Januari 2008, Redknapp sempat diisukan kencang akan menduduki kursi manager Newcastle United yang lowong sejak ditinggalkan Sam Allardyce, namun Redknapp membantah dengan tegas dan tetap berkomitmen penuh pada Portsmouth. Musim 2007-2008 ditutup Portsmouth dengan posisi 8, peningkatan di banding tahun sebelumnya. Dan di Piala FA, Portsmouth membuktikan potensi hebatnya dengan menjuarainya setelah mengalahkan tim kejutan,Cardiff City, 1-0 di final. Dengan demikian Portsmouth berhak mengikuti Piala UEFA tahun depan, keikut sertaan mereka yang pertama kali di ajang kompetisi Eropa.
Keuangan & Prestasi memburuk pada 25 Oktober 2008, Harry Redknapp kembali meninggalkan Portsmouth untuk yang kedua kalinya untuk bergabung dengan tim London Tottenham Hotspur. Keuangan klub yang melemah menjadi salah satu sebab Redknapp hengkang. Asisten Redknapp, Tony Adams, diangkat menjadi manager baru Pompey. Portsmouth nyaris terdegradasi di musim 2008-2009 tersebut namun selamat pada saat kompetisi menjelang berakhir. Mereka akhirnya masih dapat meraih posisi 14 pada akhir liga. Dan krisis keuangan mereka juga semakin mendalam.
Pada 26 Mei 2009, Pompey resmi dibeli oleh pengusaha asal Uni Emirat Arab, Sulaiman Al-Fahim. Namun kesulitan keuangan mereka ternyata sama sekali tidak tertutupi dengan investor baru tersebut dan mulailah eksodus pemain-pemain andalan mereka. Striker Peter Crouch, bek Sylvain Distin, gelandang Niko Kranjcar dan bek kanan berbakat Glen Johnson kesemuanya dijual untuk menutupi hutang klub.
Pada awal musim 2009-2010 Portsmouth kembali berpindah tangan. Pengusaha Arab Saudi dengan bendera perusahaan Falcondrone Limited, Ali Al-Faraj, resmi menjadi pemilik baru Pompey. Dua hari setelah itu Avram Grant, mantan direktur sepakbola Portsmouth, kembali diangkat untuk menduduki jabatan lamanya.
November 2009, manager Paul Hart dipecat setelah penampilan buruk Pompey di liga. Avram Grant kemudian ditunjuk untuk menjadi manager baru Portsmouth. Namun kesulitan keuangan tetap membayangi klub dan mereka pun terpaksa kembali menjual bek tangguh Younes Kaboul ke Tottenham. Situs Resmi Portsmouth Fc
No Response to "Sejarah Portsmouth Fc"
Posting Komentar