Fulham awalnya adalah sebuah klub sepakbola amatir bernama Fulham St. Andrew’s Church Sunday School, dibentuk tahun 1879 oleh umat gereja ‘Church Of England’ di Star Road, West Kensington. Klub ini memenangi kejuaraan amatir ‘West London Amateur Cup’ pada tahun 1887. Kemudian nama klub yang panjang dipangkas menjadi ‘Fulham’ saja dan nama baru ini mulai dipakai tahun 1888.
Mereka menjuarai liga amatir ‘West London League’ di tahun 1893. Kandang Fulham sendiri, Craven Cottage, mulai dipakai sejak tahun 1896.
Fulham mendapatkan status sebagai klub sepakbola profesional pada 12 Desember 1898, tahun yang sama dimana mereka mulai mengikuti kompetisi Southern League divisi 2. Dan mereka mulai masuk sebagai anggota Football League setelah mereka menjuarai untuk kedua kalinya Southern League. Fulham terus berkutat di divisi ‘bawah’ liga Inggris sampai pada tahun 1949 dimana mereka berhasil promosi ke divisi utama. Namun di divisi utama prestasi Fulham tidaklah baik, mereka hanya menempati papan bawah. Pada 1952 mereka terdegradasi lagi ke divisi 2 dan bertahan 7 tahun lamanya disana. Tahun 1959 barulah mereka bisa mencicipi lagi kompetisi divisi utama dan kali ini mereka bertahan lama hingga 9 tahun.
Pemain legendaris Fulham di masa itu adalah Johny Haynes yang mungkin juga merupakan pemain paling besar sepanjang sejarah Fulham, bermain selama 18 tahun , 657 penampilan dan pernah mewakili tim nasional Inggris sebanyak 52 kali (22 kali diantaranya menjadi kapten timnas).
Revolusi Al Fayed
Dari 1968 sampai 2001 Fulham benar-benar tidak pernah merasakan lagi divisi satu liga. Namun pada tahun 1997 seorang miliuner berdarah Mesir, Mohamed Al-Fayed, datang membeli Fulham, ketika itu Fulham masih berada di divisi 3. Manager Micky Adams kemudian dipecatnya dan mengangkat Ray Wilkins menjadi penggantinya. Kevin Keegan juga ditarik menjadi Direktur Operasional klub. Al Fayed langsung mencanangkan target 5 tahun masuk divisi premier. Setelah adanya perselisihan paham soal pemilihan tim utama, Ray Wilkins mundur pada Mei 1998 dan Al Fayed memberikan posisi manager sepenuhnya kepada Kevin Keegan. Keegan mulai menangani klub saat berada divisi 3 dan menorehkan rekor yang cukup mencengangkan, mereka meraup 101 poin dari kemungkinan 138 poin. Tidak beberapa lama Keegan diangkat menjadi manager tim nasional Inggris, Paul Bracewell didatangkan untuk menggantikannya.
Tetapi Bracewell tidak bertahan lama, ia dipecat pada tahun 2000, dimana Fulham sudah berada di divisi championship (satu divisi dibawah Liga Premier). Al Fayed kemudian mengontak bekas pemain legendaris Perancis, Jean Tigana, untuk melatih Fulham. Tigana datang dan membawa serta beberapa pemain muda yang bertalenta, salah satunya adalah Louis Saha. Saha mencetak 90 gol dari 46 kali penampilannya saat itu dan membawa Fulham promosi ke Liga Premier untuk pertama kalinya sejak tahun 1968.
Target 5 tahun masuk Liga Premier pun dicapai lebih cepat dengan hanya 4 tahun saja. Pada tahun itu pula kapten tim, Chris Coleman, mengalami kecelakaan lalu lintas dan terpaksa harus gantung sepatu.
Debut Dan Bertahan Di Premiership
Pada awal musim 2001, media Inggris secara mengejutkan menempatkan Fulham sebagai calon klub yang bisa menghuni papan tengah liga. Bahkan ada yang menempatkan mereka sebagai calon juara liga. Namun di luar pengharapan yang terlalu tinggi itu, pada akhirnya Fulham menempati urutan ke 13 Premiership, tetapi sesungguhnya itu sudah termasuk pencapaian yang bagus bagi sebuah tim promosi.
Musim berikutnya Fulham mulai labil dan terancam degradasi. Al Fayed yang mulai tidak sabar langsung memberitahukan Tigana bahwa kontraknya tidak akan diperpanjang di akhir musim. Penampilan Fulham justru semakin terseok setelah pemberitahuan itu dan setelah kekalahan telak 0-4 dari Blackburn, Tigana langsung meninggalkan klub lebih cepat karena dipecat oleh Al Fayed.
Selama memegang Fulham, Tigana sempat membuat rekor pembelian Steve Marlet dari Lyon seharga 11,5 juta pounds. Marlet justru menjadi kartu mati Fulham dengan penampilan mengecewakannya. Ia hanya tampil 53 kali selama 3 tahun dan mencetak 11 gol.
Setelah kepergian Tigana, Chris Coleman ditunjuk menjadi pelatih sementara saat Fulham sudah benar-benar di ujung degradasi.
Dengan hanya menyisakan 5 partai, Coleman bisa membawa Fulham meraup 10 angka dari kemungkinan 15 angka. Fulham pun selamat dari degradasi. Karena penampilan awal yang impresif, Coleman kemudian diberikan jabatan penuh sebagai manager.
Musim 2003-2004, dengan media dan bandar taruhan menempatkan mereka sebagai calon degradasi, Coleman membuat prestasi gemilang dengan memimpin Fulham untuk mencapai rangking ke 9 liga. Padahal waktu itu Fulham sedang dirundung masalah keuangan yang menyebabkan Louis Saha dijual ke Manchester United dengan rekor transfer 13 juta pounds.
Ranking ke-9 itu adalah pencapaian tertinggi Fulham saat itu di liga Premier.
Musim 2004-2005, Fulham kembali mampu bertahan di Premiership dengan mencapai urutan ke-13. Musim 2005-2006 yang berat dilalui Fulham dengan penampilan labil, mereka bisa kalah telak 1-6 dari West Bromwich tetapi juga mampu mengejutkan dengan menang atas juara bertahan Chelsea 1-0. Pada akhir musim, Fulham menempati tangga ke 12 liga, naik satu tingkat dibanding musim sebelumnya. Musim 2006-2007 ditandai dengan dipecatnya Coleman karena penampilan buruk Fulham. Lawrie Sanchez datang untuk menggantikannya. Sanchez sebetulnya tidaklah mampu membawa angin segar tetapi keberuntungan berpihak padanya sehingga Fulham selamat dari degradasi. Musim 2007-2008 pun tidaklah berbeda, klub London itu terus berkutat di zona degradasi.
Sanchez dipecat dan Al Fayed kali ini menunjuk manager berdarah Inggris yang justru hampir sebagian besar karir manajerialnya ada di luar Inggris, Roy Hodgson. Lewat manager yang sempat menangani Inter Milan tersebut The Cottagers kembali terselamatkan dari degradasi dengan menang pada saat-saat akhir liga, yaitu melawan tuan rumah Portsmouth yang menentukan. Situs Resmi Fulham Fc
No Response to "Sejarah Fulham Fc"
Posting Komentar